Setelah kontainer berhasil berangkat ke Saudi, lega rasanya diri ini.
Pfiuh...kelar juga akhirnya..
Pikir saiaa.
Sayangnya saya keliru.
Belum finish ternyata 😅
Satu bulan kemudian, kontainer sampai di pelabuhan Saudi. Dan pembelinya komplain 🙈
Katanya: "Ini arang mu jelek! Gak bagus!"
"Gak bagusnya gimana?? Kami sudah cek, dan mudah nyala seperti request Anda", kami bingung.
"Arangnya terlalu besar. Ini kan mau buat masak, bukan untuk bikin api unggun!", dia kirim gambar.
Ow. Yang dimaksud adalah arang dengan ukuran 50cm. Terlalu panjang katanya 🙊
Well, kami mikirnya kan mending kepanjangan, ntar tinggal dipotong. Daripada kekecilan? Kan gak bisa digedhein 😁
"Dan ini arang mu keluar bunga api!", tambahnya.
Ngg...
Apa anehnya arang keluar bunga api??
Kami tuh kalau beli bakmi jawa, arangnya sampe jadi kayak kembang api gituh. Berpendar merah merona, terpercik kemana-mana 🎆
Seru loh lihatnya. Dan konon citarasa masakan jadi lebih lezat 😄
Etapi rupanya disana arang gak boleh keluar percikan sedikit pun. Arang yang dimau adalah yang membara tanpa asap, tanpa bau dan tanpa mercik.
Wew...
"Sayang, baru mulai (ekspor) kok masalahnya bertubi-tubi gini ya", saya curhat ke suami.
"Ya karena kita gak punya guru, gak punya panduan. Praktek dengan metode trial and error. Tentu banyak errornya", jawab suami saya.
😖😖😖
Dibalik semua kejadian itu, kami menyadari ada kemudahan-kemud ahan yang Allah hadirkan.
Diantaranya:
-cepat dapat buyer.
Setelah kejadian itu, memang ada beberapa buyer lain yang hadir. Tapi gak beli, nanya-nanya doang.
-NIK yang kami ajukan seminggu udah beres.
Sehingga ekspor perdana bisa pakai NIK kami sendiri (tadinya mau pinjam)
-Kami akhirnya dapat chanel2 supplier arang di pulau Jawa.
Lebih dekat, gak perlu jauh2 ke luar pulau.
Mau mundur jadi ragu-ragu...
Ya sudah. Bismillah. Maju aja.
Biar makin mantap, musti cari mentor nih.
Harapannya, habis ini gak banyak error nya.hahaha.
Benarkah?
Pfiuh...kelar juga akhirnya..
Pikir saiaa.
Sayangnya saya keliru.
Belum finish ternyata 😅
Satu bulan kemudian, kontainer sampai di pelabuhan Saudi. Dan pembelinya komplain 🙈
Katanya: "Ini arang mu jelek! Gak bagus!"
"Gak bagusnya gimana?? Kami sudah cek, dan mudah nyala seperti request Anda", kami bingung.
"Arangnya terlalu besar. Ini kan mau buat masak, bukan untuk bikin api unggun!", dia kirim gambar.
Ow. Yang dimaksud adalah arang dengan ukuran 50cm. Terlalu panjang katanya 🙊
Well, kami mikirnya kan mending kepanjangan, ntar tinggal dipotong. Daripada kekecilan? Kan gak bisa digedhein 😁
"Dan ini arang mu keluar bunga api!", tambahnya.
Ngg...
Apa anehnya arang keluar bunga api??
Kami tuh kalau beli bakmi jawa, arangnya sampe jadi kayak kembang api gituh. Berpendar merah merona, terpercik kemana-mana 🎆
Seru loh lihatnya. Dan konon citarasa masakan jadi lebih lezat 😄
Etapi rupanya disana arang gak boleh keluar percikan sedikit pun. Arang yang dimau adalah yang membara tanpa asap, tanpa bau dan tanpa mercik.
Wew...
"Sayang, baru mulai (ekspor) kok masalahnya bertubi-tubi gini ya", saya curhat ke suami.
"Ya karena kita gak punya guru, gak punya panduan. Praktek dengan metode trial and error. Tentu banyak errornya", jawab suami saya.
😖😖😖
Dibalik semua kejadian itu, kami menyadari ada kemudahan-kemud
Diantaranya:
-cepat dapat buyer.
Setelah kejadian itu, memang ada beberapa buyer lain yang hadir. Tapi gak beli, nanya-nanya doang.
-NIK yang kami ajukan seminggu udah beres.
Sehingga ekspor perdana bisa pakai NIK kami sendiri (tadinya mau pinjam)
-Kami akhirnya dapat chanel2 supplier arang di pulau Jawa.
Lebih dekat, gak perlu jauh2 ke luar pulau.
Mau mundur jadi ragu-ragu...
Ya sudah. Bismillah. Maju aja.
Biar makin mantap, musti cari mentor nih.
Harapannya, habis ini gak banyak error nya.hahaha.
Benarkah?
Bersambung ..... 👉 Bagian 6 Klik 1X
By Martha Melliana
0 comments:
Post a Comment